KAJIAN PERMASALAHAN & REKOMENDASI STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DENGAN PENGUATAN PASCA LAHIR
- EKO PURWANTO
- Jan 7
- 1 min read
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 21,5%, dimana angka tersebut hanya turun tidak
signifikan sebesar 0,1% dibandingkan dengan hasil Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) di tahun 2022 yang sebesar 21,6%. Prevalensi
stunting di Indonesia yang masih berada pada angka 21,5% ini, lebih
tinggi dari standar World Health Organization (WHO) yang
mentargetkan di angka 20%. Menurut Bappenas, diperkirakan target
penurunan angka stunting yang dicanangkan Pemerintah menjadi
14% di tahun 2024, tidak akan tercapai. Bahkan bila melihat hasil SKI
tahun 2023, banyak kabupaten kota di pulau Jawa yang sebagai
penyumbang stunting terbesar, masih banyak yang mengalami
kenaikan, terutama banyak terjadi di Jawa Tengah dimana terdapat
18 Kabupaten/Kota yang naik prevalensinya dibanding tahun 2022,
disusul Jawa Timur dan Jawa Barat.
Kajian yang dilakukan oleh tim Bebas Stunting Indonesia (BEST) ini merupakan penelitian retrospektif balita stunting pada
tahun 2023 dengan membedah permasalahan stunting di 4
kabupaten yaitu di Kudus, Kendal, Bondowoso dan Purbalingga,
tentang bagaimana sosial ekonomi pendidikan, riwayat kehamilan
ibu, riwayat kelahiran dan pertumbuhan balita, riwayat rujukan dan
intervensi balita stunting serta tata kelola pencegahan dan
penurunan stunting di daerah tersebut baik secara teknis medis
maupun pemerintahan.
Kajian dilakukan dengan menggunakan desain studi mixed method
dengan tahapan studi kualitatif dan kuantitatif secara cross sectional
dengan total sampel 413 balita stunting dan dari data e-ppgbm tahun
2023 di 4 kabupaten Kudus, Kendal, Bondowoso dan Purbalingga.
Metode analisis yang digunakan menggunakan uji statistik analisis
regresi logistik bivariat (chi-square) dengan P<0,05 dinyatakan
sebagai bermakna.























Comments